RISALAH PEREMPUAN KEPADA TELUK KENDARI
Telah kutitipkan doa kepada laikas sebelum keluk tubuhmu
memeluk bandar yang menyisakan lampu perahu
Aroma anyir dari sekujur tubir mengisahkan
bendera-bendera lusuh dan gelisah sepanjang malam
Buritan perahumu menukik pada tanah yang tidak lagi basah
Sebab orang-orang telah datang membawa burit tubuhnya
Ke desir yang mendebur di dada masing-masing
Mereka menggelinjang serupa ikan terbaring di pangkuanmu
Bersembunyi lewat tingkap rumah megah
Di tepi akar bakau
Akulah perempuan yang menunggu pagi di laikas
Lekas melepas air panas ke tepung sagu
Ditumpah kuah ikan tangkapan semalam berbau sambal
Dan perasan limau yang pohonnya menyembunyikan perih batinku.
Ini, kutanam sinonggi lewat potongan lidah
Sebagai tangga waktu menuju ibadah
Pun sudah kususuri sungai Wanggu yang mengalir ragu
Perutmu dijerat lapar dan pertemuan tidak luput dari uang
Ada yang telanjang di kolong jembatan bila sepi dari tawar-menawar
Tinggallah asap bakaran sampah dan desah kota yang resah
Lewat ujung hidungmu tercium darah perawan
Mengalir ke saput ranjang dan maut menguntit pelan-pelan
Di tangga ketiga laikas, izinkan aku menangisi nasibmu
Pohon sagu hanya pertanda mengapa teluk airnya termangu
trotoar malam merayakan kerlip di jantung orang-orang
mengecupkan angin ke bibir nyonya kedai
Sebagai tanda hidupmu baru dimulai
Kendari, 14 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar