JOURNAL OF SOLITUDE

Solitude is my idea, to meet God

Senin, 10 Agustus 2015

Tiga Sajak untuk Mengenang Lengang



Flanel

Kabu-kabu kubuka dari mata penuh warna
setiap kugunting tak nyampai berdenting
menyobek segala yang bergetar sampai gusar

telah kuulurkan tanganku untuk menggenggammu
sehingga mataku makin melebur kabur
jatuh lewat remah-remah tubuhmu tubuhku

tidak lupa kutumpahkan doa pada semesta
agar pemotonganmu selesai tanpa luka
maka bersabarlah menahan rasa sakit
sampai gunting makin selesai menderit
pun sebentar lagi orang-orang akan memujimu
sebagai ameba yang tidak mengenal pilu

Kembaran, 28 Juli 2015



Kepada Pacarku

Kita mesti melihat senja dari tepi dermaga
Segala pandangan menjadi berakhir di mata
Rahim langit adalah samudra yang airnya bergulung
Mengekalkan cahaya sebelum udara mengabut

Maka beritahu aku bagaimana cara melepas rindu
Selain menyelesaikan doa kepergian

Selok, Mei 2015



Memotret Siluet

Kumulai dari memesan punggung cahaya
Rambut seorang wanita dikecup angin
Gaunnya berkelebatan membayang hitam
Membentuk pose tubuh dipeluk cakrawala

Pada hitungan ketiga segalanya terdiam
Warna pelangi turun ke arah tangan
Yang melengkung memanjatkan doa

Masih kau ingin memesan bukit di seberang
Membuat sudut pandang paling beda
Tebing gamping, bukit kecil, muara,
Lekuk wajah wanita?


Selok,  31 Mei 2015

Puisi ini dimuat di Tanjungpinang Pos edisi 09 Agustus 2015.

Puisi berjudul "Kepada Pacarku", entah buat siapa. Mungkin buat kamu, jika kamu mau jadi pacarku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar