Flanel
Kabu-kabu
kubuka dari mata penuh warna
setiap
kugunting tak nyampai berdenting
menyobek
segala yang bergetar sampai gusar
telah
kuulurkan tanganku untuk menggenggammu
sehingga
mataku makin melebur kabur
jatuh lewat remah-remah
tubuhmu tubuhku
tidak lupa kutumpahkan
doa pada semesta
agar
pemotonganmu selesai tanpa luka
maka
bersabarlah menahan rasa sakit
sampai
gunting makin selesai menderit
pun sebentar
lagi orang-orang akan memujimu
sebagai
ameba yang tidak mengenal pilu
Kembaran, 28
Juli 2015
Kepada Pacarku
Kita mesti
melihat senja dari tepi dermaga
Segala pandangan
menjadi berakhir di mata
Rahim langit
adalah samudra yang airnya bergulung
Mengekalkan
cahaya sebelum udara mengabut
Maka beritahu
aku bagaimana cara melepas rindu
Selain menyelesaikan
doa kepergian
Selok, Mei 2015
Memotret Siluet
Kumulai dari
memesan punggung cahaya
Rambut
seorang wanita dikecup angin
Gaunnya berkelebatan
membayang hitam
Membentuk
pose tubuh dipeluk cakrawala
Pada
hitungan ketiga segalanya terdiam
Warna
pelangi turun ke arah tangan
Yang
melengkung memanjatkan doa
Masih kau
ingin memesan bukit di seberang
Membuat
sudut pandang paling beda
Tebing
gamping, bukit kecil, muara,
Lekuk wajah
wanita?
Selok, 31 Mei 2015
Puisi ini dimuat di Tanjungpinang Pos edisi 09 Agustus 2015.
Puisi berjudul "Kepada Pacarku", entah buat siapa. Mungkin buat kamu, jika kamu mau jadi pacarku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar