Di taman belakang yang kau dapati setiap hari, angin menulis risalahnya
dengan putik bunga waru sore itu. Menjelma serangkaian lagu. Dari rentetan daun
ilalang, daun bambu, dan daun hatimu. Angin terburu-buru. Mengibaskan sayap
capung merah, yang nyampai pada cakrawala doa.
Tinggal sepotong mafela melambaikan doanya kepada senja. Seperti di
senja yang lain, buat membungkus matahari. Di remang sebelum kuyup.
Purwokerto, Desember
2014
*Puisi ini dimuat di Haluan Padang edisi 17012015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar