JOURNAL OF SOLITUDE

Solitude is my idea, to meet God

Kamis, 10 September 2015

Saya dan Waktu yang Datang Terlalu Cepat



Suatu hari ketika kita berjanji untuk bertemu, kamu telah datang satu jam sebelum saya menatap mukamu. Saya lihat rautmu begitu kusut, seperti habis kesiangan dari bangun tidur siang. Sementara mata temanmu masih terjaga bermain gadget-nya.
“Kau terlambat lagi. Bagaimana? Pergi sekarang?” katamu dengan mata sayu.
Saya hanya diam berdiri di ambang pintu. Masih memandangmu tiduran di sebuah pojok ruangan.
“Dia habis tidur, Fa. Katanya, kelamaan menunggumu.” Kata temanmu yang masih tenggelam dalam dunia mayanya.
Saya hanya bisa meminta maaf. Tersenyum, semanis mungkin.
**
Sore tadi, saya datang terlambat ke ruang kuliah. Mestinya saya berada di ruangan sebelum pukul 15.30 WIB. Tetapi saya datang lebih dari itu. Perasaan saya, waktu belumlah sampai 15 menit dari masa perkuliahan masuk. Saya masuki pintu, dan duduk di pojok kanan depan, persis di dekat teman laki-laki yang saya panggil dengan sebutan Pal. Pada sesi diskusi sore itu, sebelah saya bertanya kepada pemakalah. Sialnya, sehabis dia bicara di kelas, saya langsung menjawab pertanyaannya secara pribadi. Sial. Harusnya saya tidak melakukannya. Saya tahu itu. Kami asyik berdiskusi, tentu saja masih tentang tema perkuliahan saat itu.
“Hei, Farikh. Ternyata kamu di situ.” Kata dosen tiba-tiba. Saya hanya memandangnya dan tersenyum biasa.
Tidak lama kemudian, kami melanjutkan pembicaraan kembali. Dosen itu berdehem, terbatuk-batuk, dan memandang kami.
“Kalian berdua ini mestinya dipisahkan. Duduklah di sini, Farikh.” Kata dosen itu sambil menunjukkan bangku yang masih kosong di depannya. Saya membawa buku catatan dan buku erudit yang baru dipinjam dari perpustakaan.
“Bye.. bye..” ucapku kepada teman saya sambil melambaikan tangan seperti akan berpisah.
“Kamu tadi telat ya Farikh? Ngobrolin apa sama sampingmu?” dosen itu masih memperhatikan saya.
**
Percayalah! Saya tidak pernah terlambat memasuki ruangan kuliahnya pak Kholil Lur Rochman!
Andaikata, ke depannya saya merasa terlambat, saya tidak akan mau membuka pintu kelas, lalu hanya sebuah kalimat meluncur dari mulit dosen itu, “Anda saya bebaskan pergi jalan-jalan kemana saja, yang penting tidak di kelas ini.”
Kamu mesti percaya bahwa saya juga bisa tepat waktu, sayang…
**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar