Engkau, bunga
kopi yang kuhirup setiap pagi
Mengucapkan
salam kepada embun yang tepekur di daun tubuhmu
Seperti sisa
air mata yang menggenang di sudut wajah perempuan
Penuh rahasia
Ada sepasang
tekukur di dahan paling bergelimun, suaranya merobek halimun
Namun wajah perempuan
menyobek sisa kenangan yang
Mendengung
Melintas-lintas
Merantas usia jadi sia-sia
Meranggaskan putik putihnya
Engkau, bunga kopi yang tidak pernah menyesali diri
Akan berlabuh di neraka, sebab engkau tidak punya dosa
Maka kepada nyawa yang menjaga rahasia aroma
Pagi ini aku menyapa
Mengirimkan fatihah untuk hatimu yang memerah
Kutitipkan bola
mataku
Di tiap putikmu
Purwokerto, 05
Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar