JOURNAL OF SOLITUDE

Solitude is my idea, to meet God

Rabu, 13 Juli 2016

Antara “Of Mice And Man” dan “Adit dan Sopo Jarwo”



Of Mice and Man, novel klasik karya John Steinbeck mengingatkan saya pada film animasi Indonesia “Adit dan Sopo Jarwo”. Tentu saja ini menurut saya.
Of Mice And Men mengisahkan perjalanan dua orang pengelana. George dan Lennie adalah tokoh utama yang selalu bersama. George digambarkan sebagai lelaki dengan tubuh tinggi-kecil, dan Lennie punya badaan lebih besar, jika berjalan seperti gorila. Lennie mempunyai tenaga yang lebih dari orang biasanya. Tetapi dia dungu, pelupa, dan kekanak-kanakan. Mimpi mereka adalah mempunyai sebuah tanah dengan rumput-rumput hijau, dan mereka memelihara kelinci-kelinci yang nantinya dirawat Lennie. Begitulah cerita impian mereka yang senantiasa diulang-ulang George kepada Lennie. Saya tidak akan berkisah tentang kenapa George akhirnya menembak Lennie setelah membunuh istri Curley.
George dan Lennie. Jarwo dan Sopo—Adit dan Dennis. Saya melihat ada kesamaan karakter yang dibuat. Apakah penulis skenario terinspirasi dari Of Mice And Men-nya Steinbeck? Entahlah. Menurut saya, mereka punya kesamaan-kesamaan. George, Adit, dan Jarwo, sama-sama berpostur tubuh yang lebih kecil. Mereka adalah otak dari segala yang akan mereka lakukan bersama seorang sahabatnya. Sementara Lennie, seperti yang dikarakterkan sebagai Sopo dan Dennis, adalah sahabat yang sejati. Senantiasa dibimbing si tubuh kecil. Seringkali mereka dungu dan bodoh. Menurut saja apa yang telah diperintahkan.
Kesimpulannya, saya tidak mengatakan bahwa orang berpostur tubuh kecil lebih cerdas dari orang berbadan besar.


Purwokerto, 13 July 2016
foto:
s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/7d/63/73/7d6373eb9504fb662821f9dbe46c30b4.jpg
www.aktual.com/wp-content/uploads/2015/08/51-11agus2015-Adit-dan-Sopo-Jarwo.jpg

Dialog Imajinatif: Putus

Tulisan ini sangat tidak penting. Saya sarankan jangan dibaca. Tapi jika mata Anda memaksa untuk membacanya, itu terserah. Saya tidak bertanggung jawab atas kekecewaan Anda.

Akhir-akhir ini saya penat. Keinginan untuk bebas dari segala ikatan pun merayu saya. Begini saja: orang yang mengerti masa depan itu merasakan apa yang sedang ia tempati dan orang-orang yang ia temui adalah tepat baginya. Sementara saya tidak merasa cocok sejak awal. Iya, sejak awal. Tetapi kok keterusan, itu entah kenapa.
Aku      : aku minta maaf. Aku mau mundur di tengah jalan.
Han     : apa pertimbanganmu?
Aku      : aku tidak pernah bisa membagi sebuah pikiran, memecah sebuah kepastian. Aku mesti memilih antara dua kewajiban yang telah kubuat sendiri. Sebatang pohon bisa ditebang. Begitupun janji. Asal dibicarakan.
Han     : tidak boleh, fa.
Aku      : Putus adalah sebuah keputusan paling komitmen.
Han     : kau sedang apa? Sedang memikirkan apa? Sebuah penelitian dari LPPM, Skripsi, Peksimida, KKN, … Lalu apa? Menangis sendirian, delusi, rambut rontok, apa kau sakit? ……
Aku      : aku butuh waktu untuk mengerjakan itu semua. Biarkan aku sendiri.
Han     : kau ingin apa? Marmut yang imut, boneka yang beraneka, atau …
Aku      : sebab aku ingin sendiri. Itu saja.

Han     : setiap orang punya tanggungjawabnya masing-masing. Setiap tanggungjawab adalah kesunyian masing-masing. Setiap kesunyian perlu disandarkan kepada kekasih masing-masing. Sekarang, kau mau bilang apa?

purwokerto, 13/07/2016