Sayap panjang membentang
antara Merauke dan Sabang
tiga puluh empat anakku
masih dalam rengkuhan
tanah menjadi pijakan
samudra menyimpan kekayaan
udara menyeru kebebasan
meski waktu semakin berlalu
tiga puluh empat anakku
masih saja belajar merangkak
entah sampai kapan
mereka mampu terbang
mengalahkan gemerlapnya kehidupan
tiga puluh empat anakku
masih bergandeng tangan
tetapi kaki-kaki mereka
tidak mampu
melangkah dalam satu desah
arah
mataku memandang
lewat jendela lensa
pegunungan dimiliki tetangga
lembah direngkuh penguasa dunia
sedangkan anakku menangis
mengais sisa-sisa gerimis
mataku terpesona
pada gedung-gedung yang
menembus cakrawala
tetapi jalanan membentang
berujung di kemiskinan
tiga puluh empat anakku
dalam kemajuan gemilang yang
mendatang
Purwokerto, 12 Januari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar